Felani Galih Prabawa

29 Januari 2014

Sudut Pandang: Penjajahan Atas Indonesia Masih Berlangsung

01.54 Posted by Felani Galih Prabawa , 2 comments
http://infoindonesia.files.wordpress.com/2013/07/investor-asing.jpghttp://infoindonesia.files.wordpress.com/2013/07/investor-asing.jpghttp://infoindonesia.files.wordpress.com/2013/07/investor-asing.jpghttp://infoindonesia.files.wordpress.com/2013/07/investor-asing.jpg
Setelah 350 tahun berada dalam belenggu penjajahan, akhirnya dunia peperangan yang melelahkan pun berakhir pada 17 Agustus 1945. Penindasan yang sebelumnya terjadi, kini berubah menjadi kemerdekaan yang sangatlah didambakan bangsa ratusan tahun silam. Kala itu, para pahlawan dan pemuda berhasil merebut Indonesia dari tangan-tangan keji sang penjajah. Masa yang melelahkan berakhir manis ketika Ir. Soekarno memproklamirkan naskah proklamasi Indonesia. Sejak saat itu dimulailah Indonesia yang baru tanpa penjajahan dan pertumpahan darah.

Ketika bangsa telah memerdekakan diri dari peperangan, terpilihlah Ir. Ahmad Soekarno sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia dan didampingi Oleh Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Indonesia pun mulai berbenah dalam berbagai demi menuju Indonesia baru, perubahan dilakukan pada hal-hal mendasar terutama pada sektor ekonomi dan kekayaan Indonesia yang pada saat itu sangatlah berlimpah.

Melihat kekayaan Indonesia yang tidak diiringi dengan sumber daya manusia yang kompeten, bangsa asing mulai melihat peluang ini. Akan tetapi, Bung Karno tidak mau menyerahkan kekayaan negeri ini untuk diolah pihak asing, beliau lebih ingin menunggu putra-putri terbaik bangsa lahir dan mengolah segala sumber daya yang ada di alam Indonesia Raya ini. Melihat sikap Bung Karno yang licin dan cerdik dalam berdiplomasi ini, bangsa Asing pun mulai gerah dan berencana untuk bisa menggulingkan Sang Presiden.

Pada musim gugur 1965, George Frank Norman Reddaway seorang yang terpelajar dengan karir cemerlang di Kantor Luar Negeri Inggris mendapat briefing untuk suatu misi khusus. Duta besar Inggris untuk Indonesia kala itu, Sir Andrew Gilchrist, baru saja mengunjungi London dan berdiskusi dengan Kepala Dinas Luar Negeri, Joe Garner. Kedua tokoh Inggris itu berdiskusi mengenai operasi khusus (Covert Operations) untuk melemahkan pemerintahan Soekarno sekaligus menggulingkan beliau sebagai Presiden RI. Sayang sekali, diskusi untuk meggulingkan Presiden Soekarno yang berpikiran mandiri dan sangat licin ini tidak berjalan dengan baik. Akhirnya Sir Andrew membujuk Garner untuk menugaskan Reddaway demi melakukan misi yang disebut Operasi Propaganda. Dan Reddaway pun dikirim ke Indonesia untuk melakukan misi tersebut.

Dalam menjalankan misinya, Reddaway dibekali uang  sebesar £100.000 poundsterling guna melakukan segala sesuatu dalam melengserkan Soekarno dari jabatannya. Kemudian, Reddaway mengambil langkah untuk bergabung dengan sebuah kelompok gerakan dalam upaya menggulingkan Presiden Soekarno. Kelompok tersebut terdiri dari Kementrian Luar Negeri Inggris, M16, Departemen Luar Negeri, dan CIA di Asia Timur. Pada akhirnya, Reddaway beserta kelompoknya ini mampu menggulingkan Soekarno dengan cara-cara licik, diantaranya meretakkan teman serta kerabat yang bersekutu dengan rezim Soekarno, merusak reputasi Sang Proklamator, serta membantu musuh-musuh Soekarno yang berada di bidang kemiliteran. Pada bulan Maret 1966, akhirnya Soekarno didesak untuk menyerahkan jabatan kepresidennya kepada Soeharto  yang berperan sebagai Panglima Militer saat itu. Maka pada saat itu pula telah sah-lah Soekarno lengser dari kursi Presiden dan digantikan oleh Soeharto.

Menurut Reddaway, misi dalam penggulingan kepresidenan dan kepemerintahan Soekarno ini adalah misi rahasia tersukses yang pernah dilakukan oleh Kementrian Luar Negeri Inggris dan hingga saat ini hanya sedikit orang yang tahu. Turunnya Soekarno pun membuat para anggota The Bilderberg Group senang. David Rockfeller berkata, "Jatuhnya Soekarno berarti terbukanya harta karun besar Asia".

Seperti bendungan air yang lama tak terbuka. Dengan cepat para kaum Imperialis barat langsung menyerbu Indonesia kembali meski dengan kedok dan cara yang berbeda dari sebelumnya. Mereka beranggapan sudah tidak perlu peperangan lagi apabila mereka sudah bisa mendapatkan kekayaan Indonesia dengan mudah. Kekuasaan Soeharto dalam era Orde Baru saat itu seperti pemerintahan setting-an bangsa asing. Mereka sengaja menaikkan Soeharto agar dapat melenggak-lenggok dengan bebas di Bumi Pertiwi ini.

Penjajahan dimasa Orde Baru yang dilakukan oleh kamu Imperialis barat ditandai dengan penabuhan gong UU No. 02 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Asing. Kala itu, investor-investor asing mulai berdatangan seakan-akan telah dibukakan pintu masuk ke Indonesia dengan ramahnya. Seiring berjalannya waktu, kekayaan alam di negeri ini mulai dikuasai oleh bangsa asing, dan rakyat kembali menjadi budak di negerinya sendiri.

Pernah ketika 15 Januari 1974 para pemuda yang dipelopori oleh mahasiswa UI melakukan unjuk rasa dan menuntut Tri Tura yang salah satu isinya adalah hilangkan investor asing di negeri ini. Namun, bukannya bersambut dan berbuah keberhasilan, justru ketika itu timbul malapetaka dan kericuhan. Hasil daripada peristiwa MALARI justru semakin menekan rakyat. Kala itu Soeharto memang membubarkan lembaga non-konstitusional seperti ASPRI dan KOPKAMTIB, akan tetapi akbat besar yang dirasakan rakyat khususnya mahasiswa adalah diadakannya NKK/BKK yang membatasi ruang gerak mahasiswa. Selain itu, penolakan investor asing pun tidak diindahkan sama sekali, justru investor tetap bisa masuk dan mengeskplorasi kekayaan Indonesia dengan aman, nyaman, terjamin, dan semakin terlindungi oleh hukum.

Sesungguhnya negeri ini dari dahulu terjajah oleh VOC yang bertujuan untuk mengeksplorasi seluruh kekayaan Indonesia. Kini wajah VOC berubah, akan tetapi tujuan mereka masih berjalan, bahkan terealisasi dengan mudah. Imperialis barat beserta investornya kini bisa leluasa menggerogoti kekayaan Indonesia, dan tidak sebanding dengan timbal balik dari apa yang mereka berikan terhadap negara.

“Kekayaan alam kita banyak dikeruk pihak asing. Namun bagian yang kita peroleh sangat kecil." Ujar Amien Rais dalam acara Milad Muhammadiyah yang ke 101 M atau ke 104 H yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karawang di Indoalamsari, Jalan Interchange, Karawang Barat, Minggu (29/12/2013). Benar apa yang dikatakan oleh Pak Amien Rais. Warga Indonesia tentu tidak tahu berapa emas yang didapatkan oleh PT Freeport Indonesia, dan berapa hitung-hitungan keuntungan yang dilakukan oleh para petinggi Freeport tersebut, yang akan warga Indonesia ketahui bahkan dirasakan adalah kerusakan alam akibat pertambangan PT Freeport Indonesia itu.

"Amanat Pasal 33 UUD 1945 itu telah diabaikan oleh pemerintah, karena dari dulu sampai sekarang kekayaan alam kita dikuasai oleh asing. Meski Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang MINERBA menghapus pola Kontrak Karya, namun kenyataan masih tetap berlaku." Ucap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (APEMINDO) Poltak Sitanggang di Jakarta, Jumat (18/10/2013). Miris memang ketika cita-cita bangsa yang tertera dalam UUD 1945 justru malah menjelma menjadi cita-cita yang dikuasai oleh bangsa asing. Sektor pangan, air minum, energi, kesehatan, pendidikan, hingga perbankan dan keuangan dikuasai oleh bangsa yang bukan bangsa kita sendiri. Hal ini didukung dengan bukti dalam dua periode kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni, beliau telah menandatangani 11 Memorandum of Understanding (MoU) dengan Jepang, Cina, Uni Eropa, dan tentunya Amerika Serikat terkait hal investasi dan perdagangan yang jelas-jelas selalu ada poin yang merugikan negara. Entah ada kontrak politik seperti apa, tetapi ketika ada sebuah perjanjian tertentu yang merugikan negara, pemimpin kita selalu saja menandatangani tanpa mengkritisi terlebih dahulu poin-poin yang ditawarkan oleh bangsa asing. Sungguh telah hilang jiwa percayaan diri dan kemandirian dari pemimpin kita ini.

Sekarang, tidak sedikit orang yang sadar akan hal ini. Masih banyak rakyat yang meratapi dan memikirkan hal ini. Seyogyanya yang kita butuhkan saat ini adalah kedaulatan secara utuh dan menyeluruh, kembali kepada filosofi dasar negara ini yaitu Pancasila. Karena jika kita melihat negara-negara maju, mereka begitu kokoh mempertahankan filosofi negaranya.

Kemerdekaan kita terhitung hanya dari 1945-1966, selanjutnya negara ini masih terjajah. Indonesia sedang berada dalam masa kritis dimana semua hal menjadi serba salah. Tidak menafikan bahwasanya negara ini pun butuh akan investasi, disamping itu kita terkadang dibodohi pula secara konstitusi yang kita buat sendiri dengan para investor asing. Investor asing selalu menekan pemerintah untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan sistem yang ada di negeri ini. Mereka cenderung menjadi virus yang terus merugikan negara. Itulah mereka yang dinamakan bangsa asing.

Sudah sepatutnya bagi para pemuda dan mahasiswa untuk mengimplementasikan fungsi sebagai agent of change. Kita harus segara memusnahkan generasi tua yang semakin tidak tahu diri, kita ganti dengan semangat muda yang penuh inovasi dan yang lebih mengertikan kemauan bangsa ini. Mereka tentu sudah lelah dengan neo-liberlisme, neo-kapitalisme, dan paham-paham lain yang semakin menyengsarakan. Desakan pun harus tetap diberikan terhadap pemerintah untuk menghapus praktik Kontrak Karya yang tidak banyak menguntungkan negara. Kita harus bangkit dan berdaulat secara utuh, kembali kepada filosofi negara ini yaitu Pancasila, serta memegang teguh dan mewujudkan dengan sebenar-benarnya cita-cita negara yang termuat dalam pembukaan UUD 1945. Sudah waktunya Indonesia bangkit dan melawan para penjajah berdasi. Hentikan kebodohan ini segera, dan merdekakan bangsa ini dengan kemerdekaan yang sebenarnya.


2 komentar:

Thanks you, visitors.